Selasa, 23 Maret 2010

TiO2 TEREMBAN PEWARNA TEKSTIL SEBAGAI ZAT WARNA PAKAIAN ANTIBAKTERI

Pakaian dapat berfungsi untuk melindungi tubuh manusia dari berbagai ancaman penyakit. Namun pakaian yang kotor seperti terkena keringat justru dapat menjadi sarang perkembangbiakan bakteri. Untuk mengurangi efek pertumbuhan bakteri pada pakaian, perlu dibuat pakaian dengan bahan khusus yang memiliki aktivitas antibakteri, yaitu nanotabung titanium dioksida (TiO2). Makalah ini akan mendiskripsikan prinsip kerja dan pembuatan pakaian antibakteri berbasis nanotabung TiO2 yang teremban dalam pewarna kain.
Metode penulisan makalah ini adalah dengan pengamatan di lapangan tentang permasalahan yang ada, melakukan analisis dan sintesis dari berbagai referensi artikel penelitian terkini, dan mendiskusikan gagasan yang ditawarkan kepada dosen pembimbing yang berpengalaman di bidang TiO2, dan menyimpulkan hasil diskusi.
Nanotabung TiO2 memiliki aktivitas fotokatalis yang kuat untuk membunuh bakteri, sehingga zat ini dapat digunakan sebagai bahan campuran pada pewarna kain untuk menghasilkan pakaian antibakteri. Pakaian antibakteri dapat dihasilkan dengan cara mensintesis nanotabung TiO2 kemudian mencampurkannya ke dalam pewarna pakaian. Teknik pencampuran nanotabung TiO2 ke dalam pewarna pakaian dilakukan dengan teknik emulsi dan teknik padatan. Mekanisme TiO2 membunuh bakteri dikenal dengan proses fotokatalitik antibakteri. Jika bahan ini memperoleh energi sinar (matahari ataupun sinar buatan), TiO2 akan mendegradasi termasuk bakteri menjadi karbon dioksida (CO2). Pihak-pihak yang memiliki peran penting dalam pengembangan produk ini adalah BPPT/LIPI, balai Tekstil, dan industri pewarna pakaian.

Selasa, 16 Maret 2010

PENGEMBANGAN BALL AND STICK MOLECULE STRUCTURE MULTICOLOUR DARI LIMBAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

Oleh: Ria Nurindah, Annisaa S., Arif Hidayat, Friyatmoko W. K., Murniningsih Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY
Abstrak

Melimpahnya limbah plastik menimbulkan berbagai dampak permasalahan lingkungan. Sehingga diperlukan adanya penanganan pengolahan sampah plastik untuk menghasilkan barang yang lebih mempunyai nilai ekonomis, seperti Ball and Stick Molecule Structure Multicolour (molymod). Hal ini dikarenakan media pembelajaran kimia tersebut masih sulit dijumpai, dan media yang ada saat ini harganya cukup tinggi sehingga tidak semua sekolah mampu menyediakannya. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran Ball and Stick Molecule Structure Multicolour dari limbah plastik sebagai media pembelajaran kimia yang efektif dan menyenangkan dan menguji kualitas media tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan membuat media pembelajaran Ball and Stick Molecule Structure Multicolour dari limbah plastik, mengumpulkan data dengan membagikan angket kepada 5 orang reviewer, dan menganalisis data secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini telah menghasilkan media Ball and Stick Molecule Structure Multicolour. Penilaian media Ball and Stick Molecule Structure Multicolour dilakukan oleh lima guru SMA/sederajat dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian. Skor rata-rata media Ball and Stick Molecule Structure Multicolour adalah 44,4 memiliki persentase keidealan 80,73% dengan kualitas sangat baik (SB). Kata kunci : Ball and Stick Molecule Structure Multicolour, limbah plastik, media pembelajaran kimia

Senin, 15 Maret 2010

Pengembangan Lukisan Emas Tiruan untuk Menghailkan Berbagai Produk Kerajinan


oleh:
Tyas Dewanti, Arif Hidayat, Dian Kartika, Arif Akhmadi

Abstrak


Sodet adalah lukisan timbul yang ditampilkan dalam plat tembaga. Pembuatan kerajinan sodet ini pun dapat dilakukan menggunakan plat tembaga bekas ataupun setengah pakai sehingga selain dapat mengurangi biaya produksi juga berdampak positif pada lingkungan karena mengurangi limbah logam di Yogyakarta pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Proses menyodet melibatkan rangkaian tahap-tahap yang harus dikerjakan, yaitu penjiplakan, penyodetan, pembersihan, pewarnaan, dan finishing. Kerajinan timbul emas tiruan ini merupakan sebuah kerajinan dengan inovasi baru sebagai salah satu karya bernilai seni tinggi. Tanggapan masyarakat terhadap produk ini sangat baik. Kerajinan ini dapat diterima oleh masyarakat. Usaha ini memiliki prospek yang baik mengingat jumlah produk yang terjual dari waktu ke waktu semakin meningkat. Kemajuan industri pariwisata di Jogja juga diharap dapat mendukung usaha ini.

INDIKATOR ASAM BASA DARI LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus L.)




Oleh:
Friyatmoko Wahyu K., Arif Hidayat, Martina Retnoyuanni
Pembimbing: Rr. Lis Permana Sari,M.Si

Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam, basa, dan netral. Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator asam-basa sintetis dapat diganti dengan alternatif lain berupa indikator asam-basa dari bahan-bahan alam atau tanaman. Salah satu tanaman yang mempunyai karakteristik warna yaitu kayu nangka. Kayu nangka mengandung zat warna kuning yang disebut morin. Karena itu, kayu nangka dapat memberikan perubahan warna pada setiap pH sehingga kayu nangka dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pembuatan indikator asam-basa.
Penelitian tentang indikator asam basa dari limbah serbuk gergaji kayu nangka (Artocarpus heterophyllus l.)bertujuan untuk mengetahui pelarut yang paling baik diantara pelarut etanol, aseton, dan etil asetat yang digunakan dalam pembuatan indikator asam basa dari limbah serbuk gergaji kayu nangka, mengetahui perbandingan pelarut yang paling baik digunakan dalam pembuatan indikator asam basa dari limbah serbuk gergaji kayu nangka, dan mengetahui pH trayek perubahan warna yang teramati pada indikator asam basa dari serbuk gergaji kayu nangka.
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Analisis FMIPA UNY selama bulan Maret-Mei 2009. Metode penelitian yang digunakan meliputi pembuatan indikator asam basa dari limbah serbuk gergajian kayu nangka dan pembuatan trayek pH.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) pembuatan indikator asam basa dari serbuk gergaji kayu nangka lebih baik menggunakan pelarut etanol; (2) perbandingan massa serbuk gergaji kayu nangka:etanol yang paling tepat digunakan dalam pembuatan indikator asam basa cair yaitu 1:4; (3) trayek perubahan warna indikator asam basa cair dari serbuk gergaji kayu nangka dan pelarut etanol terjadi pada pH 7-8 yaitu dari warna kuning menjadi coklat muda.
Keywords : pH, indikator pH, kayu nangka, morin

HISTORY WEBSITE AND INTERACTIVE-CD AS IMPROVEMENT HISTORY TOUR KNOWLEDGE ANCIENT SITES IN GUNUNGKIDUL


by: Eko Yuliyanto, Friyatmoko Wahyu K., Arif Hidayat, Ria Rochmi Safitri, Anggarita Wahyuningsih, M. Saepudin Wahab
Guider: Aman, M.Pd
ABSTRACT

Gunungkidul save the potention that never had other region that is ancient sites. This potention make Gunungkidul as rich archeological area but information about this ancient sites difficult to gotten by tourism. This aim of research is make website and interactive-CD ancient sites in Guinungkidul.
This research is qualitative descriptive. Data has taked in gunungkidul sub-districts that have prehistory estate, such as sites, cave, and lumping batu. Data has taked by: 1) interview, 2) observation, 3) literature study, 4) data validity, 5) reduction, 6) data display, take conclution and verification.
This research producted CD interactive and website that contain Gua Rancang Kencana, Situs Bleberan, Lumpang dan Lesung Batu, Situs Sokoliman, Gua Braholo, Song Tritis, Gua Lawa, Song Gilap, Menhir Semanu Kidul, Gua Cenguk, Situs Gunung Bang, situs Gondang, dan Song Bentar.
Keyword: history tour, Gunungkidul, Interactive-CD, Website

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR MINYAK PADA PROSES PEMBUATAN MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN Lactobacillus casei


oleh:
Annisaa Saraswati, Fifit Astuti, Arif Hidayat, Aris Azhar

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Minyak pada Proses Pembuatan Minyak Kelapa Menggunakan Lactobacillus casei. Pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan diinkubasi santan kelapa masing-masing selama 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam pada suhu kamar. Setelah masa inkubasi, akan terlihat lapisan minyak dan protein, lapisan air kemudian dipisahkan. Campuran minyak dan protein dipanaskan pada suhu 100C sampai minyak terpisah dari proteinnya. Metode penentuan kadar minyak kelapa mengacu pada SNI 01-3946-1995. Hasil yang diperoleh
menunjukkan semakin lama waktu fermentasi pada proses pembuatan minyak kelapa menggunakan Lactobacillus casei maka semakin banyak lapisan minyak yang dihasilkan. Kadar air yang didapatkan dari fermentasi minyak 3 kali 24 jam adalah 8,03 %, dan melebihi 0,023 % dari standar SNI, hal ini memperlihatkan kualitas minyak masih rendah.

Keywords : lama fermentasi, kadar minyak, minyak kelapa, Lactobacillus casei

Briket Daun Tebu sebagai Sumber Energi Alternatif


oleh:
M. Hizbul Wathon, Nur Jamilatu K., Arif Hidayat, Friyatmoko W.K.,

Abstrak


Potensi biomassa daun tebu sebagai sumber energi alternatif sedemikian melimpah, namun belum terolah sepenuhnya. Berawal dari hal tersebut diperlukan pengelolahan biomassa daun tebu.Agar praktis, dibuat menjadi briket dengan campuran bahan perekat yang terbuat dari tepung pati. Diharapkan briket biomassa daun tebu dapat menjadi solusi untuk pemenuhan energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi campuran daun tebu/tepung pati yang menghasilkan kalor terbesar dan titik nyala terendah.
Variasi campuran daun tebu dan tepung pati yang menghasilkan kalor terbesar yaitu variasi B dengan kalor sebesar 463,093 cal/g. Uji rata-rata kalor yang dihasilkan dari variasi tebu dan briket kulit kacang menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%).
Variasi campuran daun tebu dan tepung pati yang menghasilkan titik nyala terendah yaitu variasi D dengan titik nyala sebesar 200C. Uji titik nyala yang dihasilkan dari variasi tebu dan briket kulit kacang menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%).

OPTIMALISASI NILAI GUNA ABU JERAMI SEBAGAI KATALIS BASA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI DALAM PEMBUATAN BIODIESEL





oleh:
Itsnaini Rahmawati, Arif Hidayat
Pembimbing: Rr. Lis Permanasari M.Si

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini diantaranya untuk mengetahui proses transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis basa dari abu jerami, pengaruh penggunaan katalis basa dari abu jerami terhadap viskositas biodiesel, titik nyala (flash point), angka penyabunan, dan angka iodine pada proses transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel, dan mengetahui keunggulan penggunaan katalis basa dari abu jerami pada proses transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel.
Penulisan ini dilakukan dengan berbagai tahap, yaitu mengamati dan menganalisis permasalahan tentang semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia, mempelajari informasi dari kajian pustaka dan beberapa hasil penelitian bahwa abu jerami memiliki kandungan KOH yang tinggi, dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel, merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber (yaitu literatur pada media cetak dan elektronik serta data-data akurat yang diperoleh dari jurnal dan laporan hasil penelitian), mengolah dan menganalisis permasalahan berdasarkan data dan informasi serta telaah pustaka yang telah diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah, mengambil kesimpulan sesuai dengan perumusan masalah, dan merekomendasikan saran.
Preparasi katalis dapat dilakukan dengan menggerus abu jerami dan disaring dengan penyaring mesh 100. Selanjutnya abu dikeringkan dalam oven pada temperatur 110oC selama 2 jam dan direndam dalam metanol teknis dan Brataco Chemika selama + 48 jam pada temperatur kamar. Ekstrak yang diperoleh dicukupkan volumenya hingga diperoleh rasio mol metanol/minyak tertentu yang akan digunakan untuk melakukan reaksi transesterifikasi terhadap minyak (dengan BM minyak yang sudah diketahui). Transesterifikasi dilakukan dengan merefluks metanol yang telah bercampur dengan metanol pada suhu kamar.

Minggu, 14 Maret 2010


IDENTIFIKASI ION LOGAM Cr(VI) MENGGUNAKAN EKSTRAK KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus L.)
Oleh :
Resti Yektyastuti, Itsnaini Rahmawati, Arif Hidayat
Pembimbing: Das Salirawati, M.Si.

ABSRTAK

Metode identifikasi ion logam Cr(VI) yang cepat, akurat, praktis, dan murah sangat diperlukan dalam industri yang menghasilkan limbah berbahaya tersebut. Salah satu cara yaitu dengan menggunakan zat warna morin yang terkandung dalam kayu nangka. Artikel ini menjelaskan konsentrasi minimum ion logam Cr(VI) agar dapat diidentifikasi menggunakan ekstrak kayu nangka dan pH optimum untuk identifikasi tersebut.
Metode yang digunakan meliputi ekstraksi kayu nangka dalam etanol 96% dengan perbandingan massa kayu nangka dan etanol 1:7 selama 24 jam. Dilakukan filtrasi dengan kertas saring. Hasil yang diperoleh ditutup rapat agar tidak menguap. Penentuan Konsentrasi Minimum dilakukan dengan memvariasi larutan kromium 1 ppm; 2 ppm; 4 ppm; dan 6 ppm. Sedangkan untuk penentuan pH optimum digunakan buffer fosfat pH 2-12 (dengan perbandingan 1:3). Pengamatan warna larutan dilakukan secara visual.
Ekstrak kayu nangka dapat digunakan untuk mengidentifikasi ion logam Cr(VI). Larutan yang mengandung ino logam Cr(VI) berwarna kuning, sedangkan larutan yang tidak mengandung ion logam Cr(VI) berwarna coklat. Ekstrak kayu nangka dapat mengidentifikasi ion logam Cr(VI) hingga konsentrasi 1 ppm. Kondisi yang paling optimal untuk identifikasi ion logam Cr(VI) adalah pada pH 7.


Kata kunci: identifikasi, ion Cr(VI), morin, ekstrak kayu nangka.